Senin, 28 Mei 2012

Persamaan dan Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran

Persamaan dan Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran

A. Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Pendapat lain mengartikan bahwa pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung secara efektif. Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi.
Dari definisi yang dikemukakan di atas, secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Maka dapat kami simpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan pendidik yang menimbulkan interaksi belajar mengajar dengan peserta didik untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pembelajaran diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Ada pandangan yang menyebutkan bahwa pendidikan itu didapat oleh siswa, bukan diterima. Pandangan senada menyatakan bahwa guru tidak dapat memberikan pendidikan apapun kepada siswa, tetapi siswa itulah yang harus mendapatkannya. Pandangan-pandangan yang menekankan faktor penting keaktifan siswa ini tentu saja tidak bermaksud mengecilkan arti penting pengajaran. Namun pada kenyataannya pengajaran menjadi sesuatu yang terabaikan. Memang pada akhirnya hasil yang dicapai oleh siswa dari belajarnya tergantung pada usahanya sendiri, tetapi bagaimana usaha itu terkondisikan banyak dipengaruhi oleh faktor pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Untuk itulah pembelajaran hendaknya dipandang sebagai variabel bebas (independent variable) yakni suatu kondisi yang harus dimanipulasikan, suatu rangkaian strategi yang harus diambil dan dilaksanakan oleh guru. Pandangan semacam ini akan memungkinkan guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. mengusahakan lingkungan yang menguntungkan bagi kegiatan belajar;
b. mengatur bahan pelajaran dalam suatu organisasi yang memudahkan siswa untuk mencerna;
c. memilih suatu strategi mengajar yang optimal berdasarkan pertimbangan efektifitas dan kondisi psikologis siswa serta pertimbangan lainnya yang sesuai dengan konteks objektif di lapangan;
d. memilih jenis alat-alat audio visual atau media pembelajaran lain yang tepat untuk keperluan belajar siswa.
Pada waktu yang sama, pandangan tersebut akan menyarankan cara-cara yang dapat mendorong dan memotivasi siswa untuk siap, mau dan mampu belajar. Hal ini pada gilirannya akan mengarah secara langsung kepada suatu teori motivasi dan kepada suatu teori pendidikan tentang pertumbuhan kepribadian.

2. Pengertian Pengajaran
Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Tanda-tanda perkembangan tersebut, dapat kita amati berdasarkan pengertian-pengertian di bawah ini :
1) Pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Dalam konsep ini, guru bertindak dan berperan aktif bahkan sangat menonjol dan bersifat menentukan segalanya. Pengajaran sama artinya dengan perbuatan mengajar;
2) Pengajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan siswa. Guru bertindak sebagai pengajar, sedangkan siswa berperan sebagai yang melakukan perbuatan belajar. Guru dan siswa menunjukkan keaktifan yang seimbang sekalipunn peranannya berbeda namun terkait satu dengan yang lainnya;
3) Pengajaran sebagai suatu sistem.Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan bukan hanya sebagai suatu proses atau prosedur belaka.
Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yang mengandung dan dilandasi oleh berbagai dimensi, yakni :
a. Profesi guru,
b. Perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik,
c. Tujuan pendidikan dan pengajaran,
d. Program pendidikan dan kurikulum,
e. Perencanaan pengajaran,
f. Strategi belajar mengajar,
g. Media pengajaran,
h. Bimbingan belajar,
i. Hubungan antara sekolah dan masyarakat, dan
j. Manajemen pendidikan / kelas.
Proses pembelajaran berlangsung dalam suasana tertentu yakni situasi belajar mengajar. Dalm situasi ini, terdapat faktor-faktor yang saling berhubungan yaitu ; tujuan pembelajaran, siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan yang diajarkan, metode pembelajaran, alat bantu mengajar, prosedur penilaian, dan situasi pengajaran. Dalam proses pengajaran tersebut, semua faktor bergerak secara dinamis dalam suatu rangkaian yang terarah dalam rangka membawa para siswa/peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengajaran merupakan suatu pola yang didalamnya tersusun suatu prosedur yang direncanakan dan terarah serta bertujuan. Dalam istilah lain, kegiatan pembelajaran terdiri dari : tahap perencanaan, pelaksanaan/implementasi, dan evaluasi.
Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran/pembelajaran/ pemelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum.

B. Persamaan Pembelajaran dan Pengajaran
1. Sama-sama proses utama dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, baik pembelajaran maupun pengajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Karena keduanya merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi.
2. Menggunakan guru sebagai pelaku, transfer dan pembimbing
Peran yang dimiliki oleh seorang guru dalam tahap ini adalah sebagai fasilitator dengan kata lain ialah sebagai pelaku dalam pentransferan pengetahuan sekaligus sebagai pembimbing. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik. Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini si guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya.
Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran.
3. Tujuannya sama-sama untuk perubahan atas sikap dan prilaku
Keduanya bertujuan untuk memperoleh suatu perubahan yang dilakukan secara sadar dan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dan menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu dan latihan berinteraksi dengan lingkungannya.

C. Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
1. Fokus usaha pada guru adalah pengajaran (teaching) berfokus mengajar(i) atau transfer kompetensi.
Pembelajaran (intructional) adalah bagian dari mengajar dan untuk mendidik dengan karakter yang khas atau memandu atau membimbing siswa dalam satu kompetensi tertentu yang ditentukan dalam KTSP, yang menjadi pusat dalam pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa adalah sebagai bawahan atau dianggap siswa tidak mengetahui apa-apa (komunikasi satu arah).
2. Fokus hasil pengajaran siswa mampu mendapatkan suatu potensi dari RPP yang digariskan menurut kurikulum, fokusnya siswa biasa belajar mau, terampil dan membangkitkan kemauan belajar.
Dari segi guru, proses tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan proses inteernal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses tersebut ”tampak” lewat perilaku siswa mempelajari bahan belajar. Perilaku tersebut tampak pada tindak-tindak belajar tentang beberapa mata pelajaran yang merupakan respon siswa terhadap tindak mengajar atau tindak pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan desain instruksional guru. Dalam desain intruksional, guru membuat tujuan instruksional khusus, atau sasaran belajar.
Adapun hubungan pembelajaran dalam rangka emansipasi diri siswa menuju kemandirian adalah:
1. Guru yang membuat desain instruksional memandang siswa sebagai partner yang memiliki asas emansipasi diri menuju kemandirian. Guru menyusun acara pembelajaran.
2. Siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses pembelajaran.
3. Tujuan pembelajaran dalam desain instruksional dirumuskan oleh guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tujuan pembelajaran tersebut juga merupakan sasaran belajar bagi siswa menurut pandangan dan rumusan guru.
4. Kegiatan belajar-mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di kelas. Tindak pembelajaran tersebut menggunakan bahan belajar, wujudnya adalah berbagai bidang studi di sekolah.
5. Proses belajar merupakan hal yang dialammi oleh siswa, suatu respons terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Dalam proses ini, guru meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
6. Perilaku siswa merupakan hasil proses belajar. Perilaku tersebut dapat berupa perilaku yang tak dikehendaki dan yang dikehendaki. Hanya perilaku-perilaku yang dikehendaki yang diperkuat
7. hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.
8. Setelah siswa lulus, berkat hasil belajar, siswa menyusun program belajar sendiri.
Guru membuat desain instruksional yang berlaku bagi semua siswa dan juga merumuskan tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional khusus juga disebut sebagai sasaran belajar siswa, sebab rumusan tujuan tersebut diorientasikan bagi kepentingan siswa memperhitungkan pengetahuan awal dan kebutuhan belajar siswa.
Dari segi guru, tujuan instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak belajar dengan acuan berbeda. Tujuan instruksional (umum dan khusus) dijabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum sekolah tersebut dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional. Acuan tersebut, berarti juga mengaitka pada bahan belajar yang harus diajarkan oleh guru.
Dari segi siswa, sasaran belajar tersebut merupakan panduan belajar yang dapat diketahui oleh siswa sebagai akibat adanya informasi guru. Panduan belajar tersebut harus diikuti, sebab mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar. Karena keberhasilan belajar siswa merupakan prasyarat begi program belajar selanjutnya. Dengan keberhasilan belajar, maka siswa akan menyusun program belajar dan tujuan belajar sendiri.

D. Dimensi Belajar
1. Sikap dan Persepsi Positif tentang Belajar
Sikap dan persepsi mempengaruhi kemampuan belajar siswa. Jika siswa memiliki pandangan yang kurang menyenangkan terhadap kelasnya, maka mereka tidak akan dapat belajar banyak; demikian pula jika siswa memiliki sikap negatif terhadap tugas-tugasnya di kelas maka perolehan belajarnya tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Mudah untuk dipahami bahwa sikap dan persepsi belajar sangat mempengaruhi proses belajar. Sikap dapat mempengaruhi belajar secara positif, sehingga belajar menjadi mudah, sebaliknya sikap juga dapat membuat belajar menjadi sangat sulit.
Ada dua kategori sikap dan persepsi yang mempengaruhi belajar: (1) sikap dan persepsi tentang iklim (suasana) belajar, dan (2) sikap dan persepsi terhadap tugas-tugas kelas. Guru yang efektif memberikan penguatan terhadap kedua kategori itu dengan teknik yang jelas dan sesuai.
Guru seyogyanya membantu menumbuhkan sikap, dan persepsi siswa yang positif terhadap iklim belajar dengan menekankan aspek-aspek internal siswa (suasana mental yang kondusif) daripada aspek-aspek eksternal. Aspek-aspek internal ini meliputi dua hal, yaitu (1) penerimaan oleh guru dan teman sekelas (kontak mata, penguatan, d1l), dan (2) kenyamanan suasana fisik di dalam kelas (perabot yang nyaman, aturan-aturan yang menyenangkan, dll). Guru dapat membantu menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap tugas-tugas kelas dengan cara memberikan pemahaman akan nilai tugas, kejelasan tugas, dan kejelasan sumber.
Elemen kunci untuk pembelajaran yang efektif adalah membantu siswa untuk mengembangkan sikap dan persepsi positif tentang belajar dan kelasnya.

2. Berfikir Bagaimana Cara Memperoleh dan Mengintegrasikan Pengetahuan
Membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan baru, mengintegrasi-kannya dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki, dan menyimpannya di dalam memori merupakan aspek penting lain dalam belajar.
Ketika siswa belajar tentang informasi baru, mereka harus dituntun dalam menghubungkan pengetahuan baru tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui, mengorganisasikan informasi tersebut, kemudian menjadikannya sebagai bagian pengetahuannya di Long-term Memory (LTM) yang dikatakan sebagai proses internalisasi.
Dalam upaya memperoleh pengetahuan dan memahami sesuatu, umumnya manusia melakukan satu atau lebih metode untuk memperoleh pengetahuan. Secara garis besar, metode yang biasa dilakukan untuk memperoleh pengetahuan berjumlah empat metode. Keempat metode ini biasa disebut sebagai metode memperoleh pengetahuan atau methods of knowing, yaitu:
1. Tenacity, yang dimaksud dengan metode tenacity adalah cara memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan sangat meyakini sesuatu, meski bisa jadi apa yang diyakininya belum tentu benar. Keyakinan ini disebabkan karena hal yang diyakini tersebut umumnya terjadi.
Contoh: seseorang yang meyakini bahwa warna biru adalah warna keberuntungan karena sering memperoleh hal-hal yang menyenangkan setiap kali ia bersinggungan dengan warna biru, seperti memakai baju biru, membeli barang berwarna biru, dan lainnya.
2. Authority yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan pada pihak yang dianggap kompeten.
Contoh: seseorang percaya bahwa besok akan turun hujan karena ia percaya dengan informasi yang diberikan oleh prakiraan cuaca esok hari.
3. A priori, metode memperoleh pengetahuan dengan menitikberatkan pada kemampuan nalar dan intuisi diri sendiri, tanpa mempertimbangkan informasi dari pihak luar.
Contoh: seseorang yang tengah tersesat namun mempercayakan dirinya untuk menemukan jalan keluar tanpa ada keinginan untuk bertanya.
4. Science, cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengujian dugaan, pengontrolan variabel, hingga penyimpulan. Cara ini dianggap sebagai cara yang paling dapat diyakini kebenarannya atas pengetahuan yang diperoleh. Hal ini karena pada science telah dilakukan serangkaian ujicoba sebelum akhirnya memperoleh pengetahuan berupa kesimpulan, yang mana pengujian-pengujian seperti ini tidak ditemukan pada ketiga metode sebelumnya.
3. Memperluas dan Mengembangkan Pengetahuan
Belajar tidak berhenti sampai memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan. Siswa diharapkan mengembangkan pengetahuannya secara lebih mendalam melalui proses perluasan dan pendalaman pengetahuan dengan cara menganalisis apa yang telah dipelajari. Proses analisis dapat dilakukan melalui kajian perbandingan, klasifikasi, abstraksi, induktif/deduktif, mengkonstruksi, analisis kesalahan, analisis perspektif.
Guru diharapkan mempertimbangkan dua pertanyaan penting berkenaan dengan perencanaannya terhadap dimensi ketiga ini :
Informasi apa yang penting bagi siswa agar mereka dapat memperluas dan memperdalam pengetahuannya ?
Strategi dan aktivitas apa yang akan digunakan untuk membantu siswa memperluas dan memperdalam informasi tersebut ?

4. Menggunakan Pengetahuan secara Bertahap
Belajar yang dianggap paling efektif adalah ketika pengetahuan digunakan untuk menunjukkan tugas-tugas yang bermakna secara bertahap. Pastikan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk menggunakan pengetahuannya menjadi bermakna.
Melalui proses pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir seperti membuat keputusan, memecahkan masalah, penemuan, penyelidikan, eksperimen, dan analisis sistem, maka siswa akan menggunakan pengetahuannya tersebut secara bermakna.

5. Pembiasaan Produktif dalam Hal Berpikir
Aspek terakhir dalam dimensi belajar berkenaan dengan kebiasaan berpikir yang produktif, yakni kebiasaan berpikir kritis dan kreatif. Meskipun penguasaan konten itu perlu, tetapi hal ini bukanlah tujuan utama pendidikan.
Pengembangan mental pembiasaan di mana siswa belajar menurut apa yang diinginkan atau dibutuhkan dalam kehidupannya merupakan tujuan terpenting dalam pendidikan. Beberapa kebiasaan berpikir di antaranya :
Memahami dan mencoba untuk memahami dengan jernih
Berpikir secara terbuka (open mided)
Berupaya untuk menahan dorongan emosi
Menyadari akan konsekuensi terhadap pemikirannya sendiri
Melakukan evaluasi terhadap efektivitas perilaku
Mendorong diri sendiri untuk berkembang berdasarkan kesadaran akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
Konsisten terlibat dalam tugas-tugas meskipun jawaban atau solusi terhadap masalah belum diperoleh.
Dari sikap dan persepsi positif tentang belajar di atas, yang mendorong munculnya model-model pengajaran.
Model Pengajarannya adalah: a. Konsep
b. Keterampilan Proses
c. Keterampilan Berfikir Kritis
d. Keterampilan Berfikir Kreatif
e. Keterampilan Berfikir Produktif

kOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Komponen tersebut adalah guru, siswa, tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Dari komponen-komponen pembelajaran tersebut, tujuan dijadikan fokus utama pengembangan, artinya komponen-komponen yang lain dikembangkan mengacu pada komponen tujuan yang ingin dicapai.
Pada hakikatnya pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi transksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah dicapai. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami, dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran komponen-komponenya saling keterkaitan yang mengacu pada suatu tujuan yang ingin dicapai. Pada makalah yang penulis buat membahas tentang komponen-komponen pembelajaran yang mengacu pada tujuan untuk menambah pamahaman bagi pembaca berkaitan dengan pembelajaran dan komponen-komponen yang ada didalamnya.
II. RUMUSAN MASALAH
Berdasrkan latar belakang tersebut penulis merumuskan rumusan masalah
antara lain sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari proses belajar-mengajar?
2. Apa saja komponen-komponen proses belajar-mengajar itu?
III. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis mempunyai tujuan antara lain
sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian proses belajar-mengajar
2. Menyebutkan dan menjelaskan komponen proses belajar-mengajar dan hubungan
antara komponen-komponen tersebut


BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Proses Belajar-Mengajar
Winataputra, dkk (2007: 1.18-1.1), Proses belajar-mengajar merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Istilah proses belajar-mengajar dikenal sebelum dipopulerkannya proses pembelajaran. Proses pembelajaran dipilih sebagai istilah yang menunjukkan kegiatan guru dan siswa sebagai pengganti istilah proses belajar-mengajar. Istilah pembelajaran dipopulerkan karena pembelajaran lebih tepat dipakai sebagai istilah terjadinya kegiatan belajar, karena kegiatan belajar tidak hanya terjadi di sekolah tetapi di dalam kehidupan di luar sekolah dan kegiatan belajar belum tentu timbul karena adanya kegaitan mengajar. Winataputra, dkk (2007: 1.5) Banyak istilah/pepatah berkaitan dengan kegiatan belajar contohnya, Iqra bismirobbika ladzi kholag (bacalah alam semesta atas nama tuhanmu), Belajarlah sampai ke negeri cina sekalipun ( Belajarlah tentang apa saja, siapa saja, dan dimana saja) Bend the willow when it is young ( didiklah anak selagi masih muda). Semua pepatah itu bertujuan untuk membangkitkan semangat belajar yang mengacu dalam usaha mencapai harkat hidup yang lebih tinggi. Dan hal tersebut berkaitan erat dengan tujuan pendidikan dan kegiatan belajar-mengajar yang mengacu pada tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Winataputra, dkk (2007: 1.18) Proses belajar-mengajar lebih mengacu pada kegiatan pendidikan di sekolah sebagian besar di kelas dan lingkungan sekolah, yang dikenal sebagai suatu proses pembelajaran dalam konteks pendidikan formal. Winataputra, dkk (2007: 1.20 Konsep pembelajaran seperti hal tersebut dirumuskan dalam Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sikdiknas, yakni “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar, dan lingkungan belajar.
Lussy (www.lussy.blogspot/Inovasi Model dan Evaluasi Pembelajaran) Pengajar, desain pembelajaran, dan peserta didik adalah 3 (tiga) hal yang selalu disebut saat kita ingin berbicara tentang proses pembelajaran. Mengapa demikian ? karena sesungguhnya 3 (tiga) hal tersebutlah yang menjadi motor dalam pergerakan sebuah roda pembelajaran.
Dari pengertian di atas, kita mengetahui bahwa ciri utama proses belajar-mengajar (pembelajaran) adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Ini menunjukkan adanya unsur kesengajaan dari pihak luar individu yang melakukan proses belajar, dalam hal ini pendidik secara perorangan atau secara kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dari pembelajaran. Selain itu, ciri lainnya adalah adanya interaksi yang sengaja diprogramkan. Interaksi tersebut terjadi antara peserta didik yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan pendidik, siswa lainnya, media, dan sumber belajar. Artinya dalam pembelajaran terdapat hubungan yang keterkaitan antara komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari guru, siswa, tujuan, materi, Kegiatan (pendekatan mengajar, metode, materi, media) dan evaluasi.
Hermawan, dkk (2008: 9.6) Secara visual konsep dasar kegiatan belajar-mengajar dapat
digambarkan sebagai berikut:

II. Komponen-komponen Proses Belajar-Mengajar
Komponen-komponen proses pembelajaran antara lain yaitu:
1. Tujuan Pembelajaran
Hermawan (2008: 9.4) Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. Hermawan (2008: 1.17. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas terhadap pemilihan materi/bahan ajar, strategi, media, dan evaluasi. Berkaitan dengan tujuan pembelajaran terjadi pertentangan pendapat tentang tujuan pembelajaran, ada sebagian ahli menyatakan tujuan pembelajaran merupakan proses dan sebagian menyatakan tujuan haruslah menggambarkan hasil belajar bukan prosesnya. Terlepas dari pertentangan pendapat bahwa tujuan sebagai proses atau tidak, tujuan pembelajaran tidak dapat melepaskan diri dari tuntunan dan kebutuhan masyarakat, serta didasari atas falsafah dan ideologi suatu negara. Hal ini dapat dimengerti sebab upaya pendidikan itu sendiri merupakan subsistem dalam sistem masyarakat dan negara sehingga kekuatan-kekuatan sosial, politik,budaya. Ekonomi sangat berperan dalam penentuan tuajuan pembelajaran terutama tujuan pendidikan yang sifatnya lebih umum.
Menurut Bloom, dkk. Tujuan pembelajaran (proses belajar-mengajar) dapat dipilah menjadi tujuan yang bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotorik (ketrampilan). Derajat pencapaian tujuan ini merupakan indikator kualitas pencapaian tujuan dan hasil perbuatan belajar siswa. Tujuan merupakan fokus utama dari kegiatan belajar-mengajar.
2. Guru
Winataputra (2007: 1.20. Menurut pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan istilah lainnya yang sesuai dengan kekhususannya yang juga berperan dalam pendidikan.
Hermawan, dkk (2008: 9.4) Guru menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Untuk guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai diseminator, informator, transmitter, transformator, organizer, fasilitator, motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran siswa yang dinamis dan inovatif.
Pembelajaran pada haikatnya adalah proses sebab-akibat. Guru sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses pembelajaran siswa, meskipun tidak semua belajar siswa merupakan akibat guru yang mengajar. Oleh sebab itu, guru sebagai figur sentral harus mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif, produktif, dan efesien. Guru hendaknya dalam mengajar harus memperhatikan kesiapan, tingkat kematangan, dan cara belajar siswa.
Kiranawati, wijianta@gmail.com. Peran Guru dalam proses belajar mengajar :
• memperhatikan dan bersikap positif;
• mempersiapkan baik isi materi pelajaran maupun praktek pembelajarannya;
• memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap siswanya;
• memiliki sensitivitas dan sadar akan adanya hubungan antara guru, siswa, serta
tugas masing-masing;
• konsisten dan memberikan umpan balik positif kepada siswa.
3. Siswa
Lussy (www.lussy.blogspot) Peserta didik adalah semua individu yang menjadi audiens dalam suatu lingkup pembelajaran. Biasanya penyebutan peserta didik ini mengikuti skup/ruang lingkup dimana pembelajaran dilaksanakan, diantaranya : siswa untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, mahasiswa untuk jenjang pendidikan tinggi, dan peserta pelatihan untuk diklat. Peserta didik adalah masukan mentah (raw input) dalam sebuah proses pembelajaran yang harus dithreat agar output dan outcomesnya sesuai dengan yang dicanangkan institusi (khususnya) dan dunia pendidikan Indonesia pada umumnya.
Hermawan, dkk (2008: 9.4). Siswa sebagai peserta didik merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran. Keberhasilan pencapaian tujuan banyak tergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan siswa. Harryanto (1997:http://one.indoskripsi.com) Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kemp(1997:4),” students are the center of the teaching and learning process, so they have to be involved in almost all the phrases of the classroom interaction from planning to evaluation.”
Udin S. Winataputra (2007: 1.20, Teori Belajar dan Pembelajaran). Menurut Pasal 1 butir 4 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang trsedia pada jalur, jenjang dan pendidikan tertentu. Siswa atau peserta didik merupakan subyek utama dalam pembelajaran dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebagai acuan kegiatan belajar-mengajar.
Kiranawati, wijianta@gmail.com. Peran Siswa dalam pembelajaran, antara lain:
• tertarik pada topik yang sedang dibahas;
• dapat melihat relevansi topik yang sedang dibahas;
• merasa aman dalam lingkungan sekolah;
• terlibat dalam pengambilan keputusan belajarnya;
• memiliki motivasi;
• melihat hubungan antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan pengalaman
belajar yang akan dicapai.
4. Kegiatan Pembelajaran
Winataputra (2007: 1.2) Kegiatan Pembelajaran pada dasarnya mengacu pada Pendekatan Mengajar, Metode, Materi, Media.
a). Pendekatan Mengajar
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Hermawan, dkk (2008: 1.23) Strategi pembelajaran pada hakikatnya merupakan tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih efesien.
Wina Senjaya (2008) (Akhmad Sudrajat (http://www.psb-psma.org). Menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan. Banyak pendapat mengenai berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam penyampaian materi/bahan ajar. Richard Anderson (Sudjana, 1990) dalam Hermawan, dkk, 2008 mengajukan dua pendekatan, yaitu:
o Pendekatan berorientasi pada guru (teacher centered), Tipe Otokratis
Pendekatan ini biasa disebut sebagai model ekspositori atau model Informasi karena guru lebih dominan.
o Pendekatan berorientasi pada siswa (student centered), Tipe demokratis. Pendekatan ini biasa disebut model Inquiry atau Problem solving karena kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa dan siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.
Pemilihan strategi atau pendekatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan mempertimbangkan hakikat tujuan, materi/bahan ajar, dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
b). Metode
Akhmad Sudrajat (http://www.psb-psma.org). Metode adalah “a way in achieving something” ” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Asep Herry Hermawan, dkk (2008: 11.11-11.13, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran). Metode pembelajaran adalah cara dalam menyajikan (menguraikan materi, memberi contoh dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak setiap metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu sebagai seorang guru haruslah mampu memilih metode yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ada berbagai metode pembelajaran, yaitu metode diskusi, metode ceramah, metode demonstrasi, metode studi mandiri, metode simulasi, metode latihan dengan teman, metode studi kasus, metode proyek, metode praktikum. Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan lebih dari satu metode, maksudnya dapat digunakan variasi metode dalam pembelajaran.



Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan metode, antara lain:
1. Tujuan Khusus Pembelajaran
2. Karakteristik Materi Pelajaran
3. Kemampuan Guru
4. Fasilitas yang tersedia
c). Materi Pembelajaran
Winataputra (2007: 1.2) Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka membangun proses belajar,antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Materi sebagai sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa begian antara lain sumber belajar cetak/tertulis, terekan, tersiar jaringan, dan lingkungan (alam, budaya, sosial, spiritual).
Hermawan (2008: 1.2) Materi merupakan komponen terpenting kedua dalam pembelajaran yang menentukan tercapainya suatu tujuan dalam pembelajaran. Materi pembelajaran dapat meliputi fakta-fakta, observasi, data, persepsi, pengindraan, pemecahan masalah, yang berasal dari pikiran manusia dan pengalaman yang diatur dan diorganisasikan dalam bentuk berupa fakta-fakta, gagasan (ideas), konsep (concept), generalisasi (generalitation), prinsip-prinsip (principles), dan pemecahan masalah ( solution).
d). Media
Winataputra (2007: 11.19) Secara harfiah media disebut medium atau perantara. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi media diartikan sebagai wahana penyalur pesan pembelajaran. Pengelompokan media pembelajaran dapat dipilah menjadi tiga bagian, antara laian:
Media Visual
Media Audio
Media Audio Visual

Fungsi media pembelajaran antara lain sebagai berikut:
Mengatasi berbagai hambatan proses komunikasi
Kegunaan media dalam mengatasi hambatan proses komunikasi antara lain untuk mengatasi verbalisme (ketergantungan untuk menggunakan kata-kata lisan dalam memberikan penjelasan), dengan penggunaan media kata-kata abstrak dalam penjelasan dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan seperti pepatah a picture worht a thousand words (satu gambar mewakili seribu kata.
Sikap pasif siswa dalam belajar
Penggunaan media pembelajaran mempunyai banyak kegunaan dalam kegiatan pembelajarn yang berkaitan dengan siswa, antara lain menimbulkan kegairahan belajar, menfokuskan/menari perhatian siswa, memberikan perangsang yang sama untuk setiap pengalaman, memberikan gambaran nyata tentang materi yang dijelaskan, dan menimbulkan persepsi yang sama.
Mengatasi keterbatasan fisik kelas
Dengan penggunaan media dapat membantu guru dalam penjelasan berkaitan dengan obyek yang dijelaskan, antara lain kegunaan untuk memperkecil obyek yang terlalu besar, memperbesar obyek yang terlalu kecil, menyederhanakan obyek yang terlalu rumit, dan menggambarkan obyek yang terlalu luas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan media, antara lain:
o Tujuan pembelajaran
o Situasi belajar
o Kemudahan
o Ekonomis
o Fleksibilitas
o Kepraktisan dan keasederhanaan
o Kemampuan guru

5. Evaluasi
Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik (feedback) untuk melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan materi yang digunakan, pemilihan media, pendekatan pengajaran, dan metode dalam pembelajaran.
Mustikasari, (http://edu-articles.com ). Dalam Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
• Membandingkan poses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses
• Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru
Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni pengukuran, assessment dan evaluasi.
a. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran ini, antara lain adalahsebagai berikut:
1). tujuan pengukuran,
2). ada objek ukur,
3). alat ukur
4). proses pengukuran,
5). hasil pengukuran kuantitatif.

b. asesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.
c. evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggeris evaluation yang bertarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Namun, dari sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni:
1. Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.
2. Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.
3. Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasilpengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian di atas, maka dapat diketahui bahwa perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam hal jawaban terhadap pertanyaan “what value” untuk evaluasi dan “how much” untuk pengukuran. Adapun asesmen berada di antara kegiatan pengukuran dan evaluasi. Artinya bahwa sebelum melakukan asesmen ataupun evaluasi lebih dahulu dilakukan pengukuran. Sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation) secara teoretik definisinya berbeda, namun dalam kegiatan pembelajaran terkadang sulit untuk membedakan dan memisahkan batasan antara ketiganya, dan evaluasi pada umumnya diawali dengan kegiatan pengukuran (measurement) serta pembandingan (assessment). Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:
(1) perencanaan,
(2) pengumpulan data,
(3) verifikasi data,
(4) analisis data, dan
(5) interpretasi data.


Prinsip-prinsip penilaian antara lain sebagai berikut:
1) Valid
Ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka data yang masuk salah sehingga kesimpulan yang ditarik juga besar kemungkinan menjadi salah.
2) Mendidik
Penilaian dilakukan untuk memotivasi siswa yang berhasil (positive reinforcement) dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil (negative reinforcement), sehingga keberhasilan dan kegagalan siswa harus tetap diapresiasi dalam penilaian.
3) Berorientasi pada kompetensi
Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi siswa yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan/nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.
4) Adil dan obyektif
Penilaian harus mempertimbangkan rasa keadilan dan obyektivitas siswa, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan berbagai hal yang memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan dalam penilaian, dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa, karena merasa dianaktirikan.

5) Terbuka
Penilaian hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan (stakeholders) baik langsung maupun tidak langsung, sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
6) Berkesinambungan
Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian.
7) Menyeluruh
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.
8) Bermakna
Penilaian diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu, Penilaian hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.

A. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut:
1).Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2).Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran.
3).Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.
4).Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.
Selain tujuan di atas, penilaian juga dapat berfungsi sebagai alat seleksi, penempatan, dan diagnostik,guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran. Penjelasan dari setiap fungsi tersebut adalah:
a).Fungsi seleksi. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan seleksi, yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan/kursus berdasarkan kriteria tertentu.
b).Fungsi Penempatan. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan penempatan agar setiap orang (peserta pendidikan) mengikuti pendidikan pada jenis dan/atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing.
c).Fungsi Diagnostik. Evaluasi diagnostik berfungsi atau dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut.

B. Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Untuk keperluan evaluasi diperlukan alat evaluasi yang bermacam-macam, seperti kuesioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak alat evaluasi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni alat tes dan nontes. Khusus untuk evaluasi hasil pembelajaran alat evaluasi yang paling banyak digunakan adalah tes.



DAFTAR PUSTAKA


Hermawan, A.H dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Winataputra, Udin.S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Lussy. 28 September 2009. Model dan Evaluasi Pembelajaran. www.lussy.blogspot.
Sudrajat, akhmad. 28 September 2009. Pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran. http://www.psb-psma.org.
Mustikasari, Ardiani. 28 September 2009. Evaluasi-proses-pembelajaran. http://eduarticles.com.
Haryanto. 28 September 2009. Komponen-komponen Pembelajaran. http://one.indoskripsi.com.
Kiranawati. 28 September 2009. Komponen Pembelajaran. wijianta@gmail.com



KETERAMPILAN BERTANYA DASAR DAN LANJUT

KETERAMPILAN BERTANYA DASAR DAN LANJUT


Pendahuluan

Keberhasilan pengajaran selain didukung oleh keaktifan siswa yang belajar, juga dipengaruhi oleh keterampilan guru dalam mengelola interaksi belajar mengajar. Berbagai jenis keterampilan mengajar yang perlu diketahui oleh guru, salah satu jenis keterampilan mengajar adalah keterampilan bertanya.

Setiap kegiatan belajar-mengajar hampir tidak pernah lepas dari pertanyaan guru, dalam arti seseorang guru yang sedang mengajar pasti akan memberikan pertanyaan-pertanyaan berapapun frekuensinya. Oleh karena itu guru perlu memahami teknik-teknik (keterampilan bertanya) agar pertanyaan mencapai sasaran yang tepat. Pertanyaan yang diajukan oleh guru mempunyai beberapa maksud, antara lain untuk memberikan dorongan kepada siswa agar mereka mengemukakan pendapat, sekedar apersepsi, atau untuk mendapatkan umpan balik dan sebagainya. Guru dapat melontarkan pertanyaan tersebut kepada siswa secara individual maupun kelompok. Adapun jenis pertanyaan yang diajukan bervariasi dari pertanyaan tingkat rendah sampai pertanyaan dengan taraf kesulitan yang tinggi. Klasifikasi pertanyaan tersebut bertitik tolak dari taksonomi Bloom.

Seorang guru perlu mempelajarinya dengan maksud agar dapat menganalisis keterampilan bertanya dan dapat menggunakan dengan baik di depan kelas.

Secara lebih rinci lagi guru diharapkan dapat:

1. menguraikan secara rasional keterampilan bertanya
2. menunjukkan minimal lima hal yang merupakan kebiasaan yang harus dihindari oleh guru
3. mengidentifikasi tipe-tipe pertanyaan
4. menggunakan secara efektif variasi pertanyaan
5. memberi contoh keterampilan bertanya dasar
6. memberi contoh keterampilan bertanya lanjut
7. memberi contoh untuk tiga jenjang pertanyaan tingkat rendah
8. memberi contoh untuk tiga jenjang pertanyaan tingkat tinggi

B. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Pertanyaan Guru

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sering memberikan pertanyaan kepada siswa baik yang diajukan kepada seluruh kelompok, kelompok kecil atau siswa secara individual. Hampir tidak ada suatu kegiatan belajar mengajar tanpa satupun pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Menurut Borich yang dikutif oleh Cole dan Chan bahwa pertanyaan adalah ungkapan verbal yang digunakan untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain. Pertanyaan digunakan oleh guru untuk melihat pikiran dan tanggapan siswa secara benar terhadap penjelasan guru. Disamping itu pertanyaan dapat mendorong siswa agar mengajukan pendapat, mengajak siswa berpikir, untuk mendapatkan umpan balik, jalan untuk meningkatkan pemahaman siswa dan sebagainya.

Cara yang digunakan oleh guru dalam mengajukan pertanyaan, berpengaruh dalam hasil belajar dan cara berpikir siswa. Cara yang mempunyai pengaruh positif bagi kegiatan belajar siswa merupakan cara yang tidak mudah. Pengajuan pertanyaan yang penu arti dan menarik, merupakan tugas yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, guru perlu memahami dan menguasai keterampilan bertanya sebagai salah satu keterampilan mengajar.

Fungsi pertanyaan guru adalah sebagai alat mengajar. Pada umumnya guru menggunakan teknik bertanya sebagai alat mengajar, walaupun sebagian besar dari pertanyaan yang diajukan masih berupa pertanyaan ingatan belaka.
Dalam mengajukan pertanyaan guru mempunyai maksud-maksud tertentu, yang antara guru satu dengan guru yang lainnya bekum tentu tujuannya sama. Oleh karena itu jenis pertanyaan guru kalau diinventarisasikan akan banyak sekali. Tujuan pertanyaan yang diajukan guru antara lain mempunyai maksud sebagai berikut:

1. Memberikan batu loncatan (apersepsi) sebelum memasuki pokok bahasan baru
2. Mengenai apa yang telah diketahui siswa tentang pokok bahasan yang diajarkan
3. Memusatkan perhatian siswa pada pokok bahasan yang sedang disajikan
4. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa pada suatu pokok bahasan yang diajarkan
5. Mengenal kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menerima pelajaran
6. Mengembangkan cara belajar siswa aktif
7. Mmberikan rangsangan pada para siswa agar mereka berpikir kritis dan kreatif
8. Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat
9. Mengajak para siswa untuk memecahkan masalah
10. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengasimilasikan informasi
11. Untuk meninjau kembali apa yang dijelaskan guru
12. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa dalam melaksanakan tugas

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pertanyaan yang diajukan guru mempunyai maksud macam-macam. Satu pertanyaan yang diajukan dapat mencapai beberapa tujuan sekaligus pada waktu yang sama. Kadang-kadang hal ini tidak disadari, baik oleh siswa maupun oleh guru itu sendiri, sebab pertanyaan itu berkembang.

C. Penggunaan Keterampilan Bertanya

Dalam usaha mencapai tujuan di atas, guru perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehangatan dan Keantusiasan

Kelas akan kelihatan hidup apabila guru menunjukkan sikap yang antusias dan hangat. Sikap ini akan tampak pada gaya guru, ekspresi wajah, suara serta gerakan badan yang dapat mempengaruhi suasana kelas gembira dan akrab. Guru yang membawa persoalan dari rumah ke sekolah dan terbawa pada saat saat ia mengajar, akan menunjukkan sikap yang murung dan tidak gairah mengajar. Akibatnya suasana kelas akan terpengaruh juga oleh sikap guru yang kurang bergairah ini. Siswa akan enggan berpartisipasi karena melihat sikap guru yang murung dan kemungkinan besar menjadi cepat marah. Sikap ini harus dihindari. Betapapun beratnya persoalan dihadapi guru, di depan kelas ia harus bersikap wajar jangan perlihatkan sikap murung, sedih atau bersungut-sungut. Sikap hangat dan antusias ditunjukkan dalam mengajukan pertanyaan maupun menerima jawaban dari siswa.

2. Kebiasaan-kebiasaan yang perlu dihindari

Dalam mengajukan pertanyaan ada beberapa hal yang perlu dihindari, ialah:

a. mengulangi pertanyaan sendiri
b. mengulangi jawaban siswa
c. menjawab pertanyaan sendiri
d. pertanyaan yang menjawab jawaban serentak
e. pertanyaan ganda
f. menunjuk siswa tertentu sebelum memberikan pertanyaan

D. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut

Pertanyaan guru ada yang hanya meminta siswa untuk mengingat kembali fakta atau informasi yang telah diterima, tetapi ada pula pertanyaan yang menuntut tingkat berpikir yang lebih tinggi dari siswa. Oleh karena itu dalam mempelajari keterampilan bertanya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Keterampilan bertanya dasar

Untuk dapat mencapai tujuan penggunaan pertanyaan di dalam kelas, guru perlu memahami komponen-komponen keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya dasar mempunyai komponen-komponen sebagai berikut:

a. pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat
b. pemberian acuan
c. pemusatan
d. pemindahan giliran
e. penyebaran
f. pemberian waktu berpikir
g. sambutan yang hangat dan antusias
h. pemberian tuntunan

2. Keterampilan bertanya lanjut

Penguasaan komponen bertanya lanjut, juga berlandaskan pengusaan komponen bertanya dasar, oleh karena itu semua komponen bertanya dasar juga masih dipakai dalam menerapkan keterampilan bertanya lanjut.

a. Penggunaan keterampilan bertanya lanjut:

Dalam menerapkan keterampilan bertanya lanjut, ada kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya yang belum dapat dijangkau oleh keterampilan bertanya dasar ialah usaha siswa untuk mengembangkan kemampuan mengatasi masalah serta berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi. Oleh karena itu penggunaannya meliputi:

•Mengembangkan kemampuan menemukan, mengorganisasi dan melalui informasi yang diperoleh
•Meningkatkan kemampuan membentuk dan mengungkapkan pertanyaan berdasarkan informasi yang lengkap dan relevan
•Mendorong siswa mengembangkan ide-ide serta mengemukakannya kepada kelompok secara timbal balik
•Memberi kesempatan-kesempatan siswa memperoleh keberhasilan yang lebih daripada biasanya

b. Komponen-komponen keterampilan bertanya lanjut

•Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
•Penagaturan urutan pertanyaan
•Penggunaan pertanyaan pelacak
•Peningkatan terjadinya interaksi

3. Klasifikasi Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom

Pada uraian di atas telah disinggung bahwa pertanyaan yang hanya menuntut siswa mengingat kembali fakta/informasi yang telah diterima, namun ada pula pertanyaan yang menuntut tingkat berpikir yang lebih tinggi. Untuk memudahkan anda dalam membuat pertanyaan, taksonomi Bloom dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengklasifikasikan pertanyaan. Sebelumnya perlu anda ketahui bahwa taksonomi Bloom merupakan salah satu cara yang dipakai dalam merumuskan tujuan pengajaran. Taksonomi ini dapat juga diterapkan untuk mengklasifikasikan pertanyaan yang diajukan guru di kelas.

Ada tiga kawasan atau disebut juga ranah (domein) yang dikemukan Bloom dan kawan-kawan dalam taksonomi tersebut ialah: kognitif (yang menyangkut aspek pikir); afektif (yang menyangkut aspek sikap); psikomotor (yang menyangkut aspek keterampilan).

Dalam kaitannya dengan pertanyaan ini, kita gunakan domein yang pertama ialah kognitif oleh karena seseorang yang bertanya berarti ia berpikir (aspek pikir yang diutamakan). Untuk domein kognitif ini ada enam tingkatan, yang masing-masing tingkat dituntut proses berpikir yang berbeda. Sesuai dengan tingkat kesukarannya dari keenam tingkatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan ialah:

a. Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih rendah:
1) pengetahuan (knowledge)
2) pemahaman (comprehension)
3) penerapan (application)

b. Pertanyaan kognitif tingkatan yang lebih tinggi:
1) analisis (analysis)
2) sintesis (synthesis)
3) evaluasi (evaluation)

Dari keenam tingkatan tersebut secara berturut-turut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Pertanyaan pengetahuan (knowledge)

Pertanyaan ini merupakan pertanyaan penalaran dalam kategori yang terendah, yang hanya menuntut siswa untuk dapat mngungkapkan kembali pengetahuan tentang fakta, kejadian, definisi dan sebagainya. Siswa hanya dituntut mengingat kembali apa yang dipelajarinya.

Kata-kata yang sering digunakan untuk pertanyaan pengetahuan ini antara lain:

Apa? Sebutkan! Berilah nama!

Siapa? Ingatlah istilah! Golongkan!

Bilamana? Kemukakan definisi!

Di mana? Pasangkan!

b. Pertanyaan pemahaman (comprehension)

Pertanyaan ini meminta untuk menujukkan bahwa ia telah mengerti atau memahami sesuatu. Ia dikatakan memahami sesuatu berarti ia telah dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Jadi pada tingkat ini siswa sudah tidak lagi mengingat dan mengahfal informasi yang diperoleh, melainkan harus dapat memilih dan mengorganisasikan informasi tersebut.

Bentuk pertanyaan jenis ini adalah:

1) Memberkan penjelasan dengan kata-kata sendiri
2) Menyatakan ide-ide pokok tentang sesuatu dengan kata-kata sendiri
3) Membedakan atau membandingkan
4) Menerangkan dengan grafik
5) Mengubah bahan dari bentuk yang satu ke dalam bentuk lain

Untuk pertanyaan pemahaman perlu diigat bahwa informasi atau bahan pelajaran harus sudah diberikan/diajarkan kepada siswa, sehingga waktu guru memberikan pertanyaan yang maksudnya untuk mengetahui apakah informasi yang telah diberikan telah dipahami siswa, mereka sudah mempunyai bahan untuk menjawab.

Berapa kata yang dapat digunakan untuk pertanyaan pemahaman adalah:

Bedakanlah Terjemahkan

Terangkan Ubahlah

Simpulkan Berilah contoh

Bandingkanlah Berikan interpretasi

Jelaskan dengan kata-katamu sendiri

c. Pertanyaan penerapan (aplikasi)

Kalau pada tingkat lebih rendah siswa hanya diminta mengingat kembali, kemudian setelah memahami sesuatu pelajaran ia dapat mengungkapakan kembali yang telah dipelajari, maka kecakapan itu harus diingatkan lagi. Siswa harus dapat menggunakan informasi yang telah dipelajari itu untuk diterpkan pada suatu atau pada kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini, yang dimaksud dengan pertanyaan penerapan adalah pertanyaan pertanyaan yang menuntut suatu jawaban dengan menggunakan informasi yang telah diperoleh seelumnya.

Disini siswa dihadapkan pada pemecahan masalah sederhana dengan menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya. Dengan menggunakan konsep, prinsip, aturan, hukum atau proses yang dipeajari sebelumnya, siswa diharapkan dapat menentukan suatu jawaban yang benar terhadap masalah itu.

Beberapa kata yang sering digunakan untuk pertanyaan penerapan adalah:

Guankanlah Carilah hubungan

Tunjukkanlah Tuliskan suatu contoh

Demonstrasikan Siapkanlah

Buatlah sesuatu Klasifikasikanlah


d. Pertanyaan analisis

Pertanyaan ini merupakan jenjang pertama dari kelompok pertanyaan tingkat tinggi. Pertanyaan analisis menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam, kritis, bahkan menciptakan sesuatu yang baru untuk menjawab pertanyaan analisis, siswa harus mampu menguraikan sebab-sebab, motif-motif atau mengadakan deduksi (dari suatu generalisasi/kesimpulan umum/hukum/teori, dicari fakta-faktanya).
Oleh karena itu pertanyaan analisis tidak hanya mempunyai satu jawaban yang benar, melainkan berbagai alternatif. Siswa tidak lagi hanya mengahafal atau mengingat-ingat apakah yang telah dipelajari melainkan dituntut pemikiran kritis. Guru harus waspada dengan jawaban siswa, mungkin jawaban itu hanya diperoleh dari bagian bab dalam buku teks dan bukan hasil pemikirannya. Pertanyaan analisis menuntut siswa terlibat dalam proses kognitif sebagai berikut:

1) Menguraikan alasan atau sebab-sebab dari suatu kejadian

2) Mempertimbangkan dan menganalisis inforamsi yang tersedia agar mencapai suatu kesimpulan atau generalisasi berdasarkan informasi

3) Menganalisis kesimpulan atau generalisasi untuk menemukan bukti yang menunjang atau menyangkal kesimpulan/generalisasi itu
Dengan pertanyaan analisis dituntut kemampuan untuk meraikan suatu generalisasi ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen sehingga ide-ide itu dapat dimengerti dengan jelas. Kata-kata yang sering digunakan dalam pertanyaan analisis adalah:

•Analisislah………….
•Kemukakan bukti-bukti………..
•Mengapa……….
•Identifikasikan…………..
•Tunjukkanlah sebabnya……….
•Berilah alasan-alasan……….

e. Pertanyaan sintesis

Pertanyaan ini merupakan pertanyaan tingakta tinggi yang menuntut siswa untuk berpikir orisinil dan kreatif. Dengan pertanyaan ini akan diperoleh kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian atau unsur-unsur agar dapat merupakan suatu kesatuan. Mereka dituntut untuk mendakan induksi (dari fakta-fakta/unsur-unsur/informasi, diambil suatu kesimpulan atau generalisasi). Siswa tidak hanya menerka jawaban, melainkan harus berpikir dengan sunguh-sunguh. Jenis pertanyaan ini akan dapat meningkatkan kreativitas serta daya penalaran siswa. Pertanyaan sintesis ini dapat berbentuk:

1) Pertanyaan yang meminta siswa mengadakan prediksi atau membuat ramalan

2) Pertanyaan yang diminta siswa mengungkapkan ide dan mengahasilkan komunikasi orisinil

3) Pertanyaan yang menuntut pemecahan masalah

Dengan jenis pertanyaan ini, guru dapat membantu siswa untuk mengembangkan daya kreasinya. Berikut ini adalah kata-kata yang sering digunakan dalam pertanyaan-pertanyaan sintesis:

Ramalkanlah……. Tulislah…….
Bentuk…. Bagaimana kita dapat memecahkan….
Ciptakanlah….. Apa yang terjadi seaindainya…
Susunlah…. Bagaimana kita dapat memperbaiki….
Rancanglah…. Kembangkan…..

f. Pertanyaan evaluasi

Pertanyaan ini menuntut proses berpikir yang paling tinggi, karena pekerjaan menialai hanya mungkin dilakukan dengan baik bila fungsi-fungsi kognitif yang lain, dari pengetahuan sampai dengan sintesis telah dikuasai. Untuk dapat menyatakan pendapat atau menilai berbagai ide, karya seni, pemecahan masalah serta alasan-alasan keputusannya, harus digunakan kriteria-kriteria tertentu, apakah berupa kriteria yang benar atau nilai-nilai yang dipilih oleh siswa sendiri.

Dalam pertanyaan evaluasi adanya standar atau kriteria pengukuran merupakan sesuatu yang mutlak. Penggunaan standar atau kriteria yang berbeda akan mengakibatkan jawaban yang berbeda pula. Tetapi dalam mengembangkan penalaran siswa, jawaban-jawaban yang berbeda tersebut memang diharapkan. Hal ini menunjukkan adanya pemikiran dari setiap siswa, berarti bukan hanya menghafal atau meniru jawaban orang lain. Pertanyaan evaluasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) pertanyaan yang meminta siswa memberikan pendapat tentang berbagai persoalan
2) pertanyaan yang menilai suatu ide
3) pertanyaan yang meminta siswa menetapkan suatu cara pemecahan masalah
4) pertanyaan yang meminta siswa menetapkan karya seni terbaik

Dari pertanyaan di atas kita dapat melihat bahwa siswa akan dapat menjawab bila ia mempunya kriteria tertentu. Mereka harus menilai sejauh mana sesuatu itu memenuhi kriteria, baik yang menggunakan standar objektif maupun nilai yang bersifat pribadi. Kadang-kadang siswa mempunyai pandangan yang berbeda, oleh karena itu perlu didukung oleh alasan-alasan atau argumentasi tertentu. Dengan demikian siswa akan belajar menggunakan penalaran tingkat tinggi.
Kata-kata yang sering digunakan untuk pertanyaan ini ialah:

•Berilah pendapat…..
•Alternatif mana yang lebih baik….
•Setujukah anda…..
•Kritiklah….
•Berilah alasan…
•Nilailah…..
•Bandingkan…..
•Bedakanlah…….

Kata-kata Kunci:

Keterampilan bertanya dasar Pertanyaan penerapan (application)
Keterampilan bertanya lanjut Pertanyaan analisis (analysis)
Pertanyaan pengetahuan (knowledge) Pertanyaan sintesis (synthesis)
Pertanyaan pemahaman (comprehension) Pertanyaan evaluasi (evaluation)
Rangkuman
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru tidak dapat lepas dari penggunaan teknik bertanya. Oleh karena itu fungsi pertanyaan adalah sebagai alat mengajar. Pertanyaan yang diajukan guru mempunyai tujuan bermacam-macam, satu pertanyaan yang diajukan dapat sekaligus mencapai beberapa tujuan. Dalam menggunakan pertanyaan guru harus menunjukkan sikap yang antusias sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih bergairah belajar.
Berkaitan tentang bagaimana meningkatkan cara bertanya dan cara menjawab. Taktik-taktik telah diperkenalkan supaya pertanyaan-pertanyaan anda lebih bagus dan tepat, anda harus menggunakan dan menganalisis berbagai kategori pertanyaan dan bagaimana siswa anda menjawab pertanyaan. Unit ini menggalakan, memberikan dan mengatur bagaimana bertanya secara keseluruhan yang memerlukan latihan yang intensif